Rabu, 04 Januari 2012

N O V E L

Novel

Novel mengenai Hikayat Genji pada awal abad 11 oleh Murasaki Shikibu.
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah atau sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.

Festival Musikalisasi Puisi; Kolaborasi Sastra dan Musik Tradisional

Wajib menampilkan puisi karya WS Rendra

Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan akan menyelenggarakan Festival Musikalisasi Puisi Pelajar SLTA se-Sumatera keenam tahun 2011.

Palembang, Kabarindo- Festival ini ditargetkan mampu menumbuhkan kreativitas serta memperat kesatuan dan persatuan remaja se-Sumatera.
Humas Panitia Festival Musikalisasi Puisi Pelajar SLTA se-Sumatera itu, Staf Balai Bahasa Sumsel, M Irsan, dalam siaran pers yang dilansir laman antaranews, Senin, menjelaskan kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari, 4-6 Juli di Graha Budaya Jakabaring di Palembang.
Festival diikuti siswa sekolah menengah atas yang berasal dari 10 provinsi di Sumatera, kata dia.
Menurut dia, tema festival kali ini adalah "Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Peningkatan Apresiasi Sastra Bergenre Musikalisasi Puisi."
Kegiatan tersebut menjadi salah satu upaya mengembangkan kreativitas remaja dengan menjalin pertukaran budaya melalui musik dan puisi, kata dia lagi.
Ia menyatakan, setiap kelompok peserta yang terdiri dari 3-6 anggota, wajib menampilkan puisi karya WS Rendra berjudul "Gugur".
Puisi ini bermakna sebuah perjuangan, pengorbanan, dan harapan yang didasari rasa cinta tanah air, kata dia lagi.
Irsan menjelaskan, selain menampilkan puisi wajib, peserta juga harus memilih satu tema puisi yang akan ditampilkan sesuai dengan keinginan kelompok tersebut.
Dia menegaskan bahwa kekayaan tradisi musik tradisional dan kesusastraan di Sumatera dengan perpaduan musikalisasi puisi, menjadi nilai penting yang ditampilkan pada ajang tersebut.
Kolaborasi antara musik tradisional dengan puisi yang syarat makna, diharapkan mampu memberi warna bagi kesusastraan dan corak musik unik serta khas dalam dunia seni, demikian Irsan.
Pelaksanaan festival ini dilakukan secara bergantian oleh kantor bahasa di wilayah Sumatera, dengan masing-masing daerah sebelumnya telah menggelar kegiatan serupa untuk menyeleksi peserta dari daerah tersebut yang akan dimajukan di tingkat Sumatera ini.

Ada Apa dengan Buku??

Kenapa Banyak yang Tidak Suka Membaca Buku?





“Buku adalah gudang ilmu sedangkan membaca adalah kuncinya”. Ungkapan tersebut memiliki makna bahwa untuk memperoleh ilmu dari buku satu-satunya cara adalah dengan membaca. Tidak mungkin, buku yang ada di pustaka sekolah, pustaka daerah atau bahkan pustaka yang sengaja kita buat di rumah mampu secara otomatis mentransferkan ilmu kepada kita tanpa membacanya.


Karena itu, para guru di sekolah-sekolah selalu memberi motivasi kepada murid atau siswanya dengan mengatakan bahwa siapa yang banyak membaca buku maka orang itu akan menguasai dunia. Memang seperti itulah kenyataannya. Negara-negara maju di dunia saat ini adalah negara-negara di mana rakyatnya paling suka membaca buku.


Banyak orang-orang kita mengakui, membaca buku bukan hal yang disukai. Apalagi buku-buku yang akan dibaca itu adalah buku-buku tebal penuh dengan teori-teori yang sulit dipahami. Kecuali buku-buku seperti novel dan sejenisnyanya serta buku praktis yang populis terkait dengan dinamika kehidupan yang tidak rumit. Maka membaca koran atau majalah menjadi bacaan yang paling banyak digemari. Selain praktis,  kedua media tersebut dapat memberi informasi menarik termasuk perkembangan ilmu pengetahuan terkini.


Kenyataan itu, bukan hanya terjadi di kalangan yang sudah menyelesaikan pendidikan saja tetapi bagi mereka yang saat ini sedang kuliah sering merasakan seperti itu. Boleh kita tanyakan kepada mahasiswa, berapa buah buku di habis mereka baca selama satu semester kuliah. Saya yakin jawabannya banyak yang mengatakan tidak ada satupun buku yang habis dibaca secara tuntas.


Kita tidak tahu apakah hal ini juga terjadi di negara-negara lain? Atau memang ini hanya karena dipengaruhi oleh budaya kita di sini?.


Memang, persoalan membaca memang sangat indivualis. Bila dari sononya suka membaca otomatis kemanapun dia pergi membaca tetap menjadi hal yang tidak membosankan atau menjadi hobi bagi dirinya.


Sebagai perbandingan, hampir lima bulan terakhir setiap pagi saya sering minum kopi dengan teman-teman di sebuah warung di sudut kampus Darussalam Banda Aceh. Awalnya, saya tidak memperhatikan seorang mahasiswa asing (kelihatannya asal Turki) yang juga sering singgah di warung kopi  tersebut. Teman saya mengatakan: “Coba lihat mahasiswa itu, sambil sarapan juga baca buku”. Pemandangan itu benar-benar beda dengan mahasiswa lokal yang juga setiap pagi di situ.

Kenapa kita tidak suka membaca buku? Mungkin salah satu jawabannya karena banyak yang merasa setelah membaca buku tidak banyak manfaat yang diperoleh secara langsung. Atau dengan kata lain, pengetahuan yang diperoleh itu tidak begitu aplikatif dengan kondisi sehari-hari. Banyak yang merasa membaca atau tidak membaca buku kehidupan mereka begitu-begitu saja.

Kemungkinan penyebabnya, karena kita membaca hanya sekedar membaca kemudian tidak mampu mencerna isi dari buku yang sudah dibaca. Mungkin juga karena kebanyakan kita membaca hanya sekedar ikut-ikutan sehingga tidak fokus. Akibatnya, banyak yang tidak tahu apa yang telah dibaca.  Sehingga merasa apa yang telah dibaca tidak bermanfaat sama sekali.

Penyebab lain karena kebiasaan suatu tempat, apakah dalam lingkup negara atau daerah. Mungkin orang Jepang atau negara-negara maju lain, tidak begitu aneh bila ada sibuk membaca buku di bus atau ditempat-tempat terbuka lainnya. Tetapi karena kita tidak terbiasa seperti itu, maka ketika melihat orang membaca di bus atau di tempat terbuka banyak orang yang merasa aneh. Bahkan ada yang langsung mengeledek: “Kog, rajin kali membaca, apa mau jadi Presiden?” Begitulah kira-kira.

Bahkan kalau kita datangi ke sejumlah kampus-kampus yang ada di negara kita, pasti akan kita dapati kenyataan seperti itu. Begitu langka mahasiswa yang memanfaatkan waktu senggang untuk membaca. Bila di kalangan mahasiswa di kampus kenyataan seperti itu. Saya pikir tak ada tips yang paling ampuh untuk membuat masyarakat kita suka membaca.
Namun demikian, kita tidak perlu pesimistis,  sebab kita punya keyakinan pasti pada  suatu  saat nanti semua akan berubah. Hanya waktu yang tepat yang tidak bisa tentukan secara pasti kapan perubahan itu terjadi. Lebih baik sekarang kita mulai dari diri kita sendiri.  Sebab hanya dengan membaca akan mampu merubah dunia, paling kurang  merubah berprilaku kita.



Minat Membaca di Indonesia RENDAH

Ada beberapa hal yang menyebabkan minat baca di kalangan anak Indonesia tergolong rendah, bahkan terendah di kawasan Asia Tenggara:
* Orangtua kurang suka membaca dan enggan membelikan anaknya buku. Tingkat ekonomi yang rendah sering menjadi alasan lemahnya daya beli buku masyarakat. Karenanya, anak-anak tidak akrab dan merasa asing dengan buku serta memiliki minat membaca yang rendah. Mereka menjadi tak sayang buku karena tidak kenal.
* Tradisi lisan merupakan bagian dari masyarakat Indonesia. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Hanya saja masyarakat kita yang awalnya bertradisi lisan secara drastis bergerak menuju budaya elektronik seperti teve dan radio, sebelum memasuki budaya tulis secara ajek. Kita langsung melompat dari tradisi mendongeng ke tradisi menonton sebelum terbiasa dengan tradisi membaca. Tak heran jika masyarakat, termasuk anak-anak merasa asing dengan buku.
* Kurangnya komitmen sekolah untuk memberikan tugas-tugas yang membiasakan anak untuk membaca, semisal mata pelajaran bedah buku, mengarang dan lain sebagainya.
* Kurang berkembangnya perpustakaan-perpustakaan di lingkungan warga atau perpustakaan keliling yang memungkinkan anak selalu mempunyai akses dan fasilitas untuk membaca.
CONTOHLAH JEPANG
Untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini, di Jepang diberlakukan gerakan 20 Minutes Reading of Mother and Child. Gerakan ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum anaknya pergi tidur. (Buletin Pusat Perbukuan, Depdiknas No. 1 Tahun 2000). Sejak 1955, di negara yang penduduknya sangat gemar membaca ini juga telah dibentuk Parent Teacher Association (PTA) Mother Library atau perpustakaan yang dikelola oleh perkumpulan orangtua murid dan guru. Mereka mengembangkan sistem distribusi buku ke daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh perpustakaan keliling.
Di Indonesia, pemerintah bersama LSM peduli kegemaran membaca telah mencanangkan Gerakan Peningkatan Minat Baca (BPMB) sejak 1986. Gerakan ini merupakan usaha penyadaran bagi orangtua tentang pentingnya membaca mulai tingkat RT, RW, dusun, desa, hingga tingkat nasional.
Sayangnya, meski upaya meningkatkan minat baca dan pemenuhan bahan bacaan sudah menjadi agenda utama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, Indonesia masih saja tertinggal dalam hal kegemaran membaca dan pemenuhan bahan bacaan. Padahal kita bercita-cita menduduki ranking yang dihormati di antara negara-negara di Asia dalam hal pendidikan. Salah satu cirinya kan adanya masyarakat yang terpelajar (educated society) yang selalu berlandaskan pada kecintaan mereka terhadap buku, dan membaca telah menjadi kebutuhan penting disamping kebutuhan pokok sehari-hari.
Agar minat baca muncul dan terus berkembang, dianjurkan agar kita selalu menciptakan suasana yang membuat anak jadi gemar membaca. Tak cukup hanya dengan membelikan buku bacaan bagi anak, sebab orangtua juga harus rajin membeli buku bacaannya sendiri dan membaca. Sekolah dan lingkungan rumah sudah saatnya menyediakan sarana yang membuat anak mudah memperoleh bacaan, berupa perpustakaan-perpustakaan ramah anak yang selalu memperbaharui koleksinya.
SEBELUM SIAP MEMBACA ADA KESIAPAN PRABACA
Pada anak usia dini yang dipentingkan bukanlah mengajarinya bisa membaca, tapi menumbuhkan minat bacanya.
Ada sederet manfaat yang akan diperoleh jika minat baca dan konsentrasi dilatih di usia dini, antara lain:
* Anak sudah memiliki kesiapan untuk membaca di usia TK atau SD.
* Anak mulai tertarik dengan buku-buku cerita dan melihat gambar sehingga timbul rasa ingin tahunya untuk membaca.
* Saat usia sekolah dasar anak akan bisa membaca.
Untuk dapat mencintai kegiatan membaca, maka anak perlu memahami apa yang dibacanya. Jadi, membaca bukan sekadar bisa melafalkan tulisan.
Untuk mencapai kemampuan kognitif ini, anak harus melalui fase matang (readiness). Antara lain kematangan sensori motor yang berkaitan dengan gerak bibir, pita suara, lidah, dan langit-langit, serta kematangan visual dan pendengaran. Semua itu diperlukan sebagai bekal untuk mencapai keterampilan kompleks yang akan menunjang kemampuannya membaca.
Konsultan Ahli:
Dra. Ike Anggraika, M.Si
Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Drama Musikal-Lutung Kasarung

Drama Musikal ‘Lutung Kasarung’ Pentas di Bandung


Senin, 2 Januari 2012 - 16:20 WIB

 
Drama Musikal ‘Lutung Kasarung’ Pentas di Bandung
BANDUNG – Masyarakat Bandung, Jawa Barat mendapat sajian hiburan kelas dunia jelang malam pergantian tahun baru 2012, berupa pergelaran Drama Musikal Lutung Kasarung yang digarap secara modern, dan dibalut unsur tradisi kuat.

Pergelaran Lutung Kasarung merupakan teater musikal terbesar di Jawa Barat tahun 2011. Ajang ini digelar pada 27 Desember 2011 sampai 1 Januari 2012 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Sapta Nirwandar, mengatakan, pertunjukan ini  menghadirkan hiburan menarik berkelas dunia yang dapat dinikmati seluruh segmentasi usia.

Selain itu juga dapat menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di akhir tahun dengan unsur kearifan lokal.

“Musikal Lutung Kasarung mengangkat kearifan budaya lokal. Kearifan Sangkuriang dan Kabayan bisa juga diangkat untuk  memperkenalkan cerita rakyat Jawa Barat kepada generasi muda nusantara,” papar Sapta Nirwandar, Senin (2/1).

Sapta menjelaskan, ke depannya  kearifan lokal suatu  daerah bisa  dipromosikan melalui pertunjukan drama musikal. Dia berharap, drama musikal Lutung Kasarung mampu menggeliatkan sektor pariwisata di Indonesia dan Bandung pada khususnya.

Menurutnya, dengan beragam pertunjukan seni dan budaya mampu memberi harapan kepada wisatawan untuk memilih destinasi wisata. “Wisatawan domestik dan mancanegara dari Malaysia dan  Singapura  memiliki keragaman tujuan dalam mengisi liburan akhir tahun di Bandung,” harapnya.

Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf menambahkan, Musikal Lutung Kasarung (Lutung yang Tersesat) mengisahkan legenda masyarakat Sunda tentang perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (bumi) dalam wujud seekor lutung (sejenis monyet).

Dalam perjalanannya di bumi, sang lutung mencari putri idaman hati yang ternyata ada pada sosok Purbasari Ayuwangi. Purbasari adalah putri calon pemegang tahta yang diusir oleh saudaranya yang pendengki, Purbararang. Dalam perjalanan mendapat haknya sebagai pemegang tahta, Purbasari diberikan beragam cobaan oleh Purbararang.

“Kisah cinta dan perjuangan Lutung Kasarung dan Purbasari ini akan dimainkan dalam konsep musikal modern dengan tak menghilangkan unsur tradisi dan budaya yang khas Sunda,” ujarnya.

Dede menjelaskan, dalam pertunjukan Musikal Lutung Kasarung melibatkan beberapa putra terbaik Jawa Barat seperti Didi Petet (Sutradara), Eddy D Iskandar dan  Getar Jagat Raya (Penulis Naskah), Ismet Ruchimat dan Iman Lukman “Sambasunda” (Penata Musik), Ayo Sunaryo dan  Asep Nugraha (Penata Tari), Deden Siswanto dan  Kania Roesli (Penata Kostum), Abdullah Yuliarso (Produser Eksekutif) serta rekan-rekan yang tergabung dalam Paguyuban Mojang Jajaka Jawa Barat.

Artis ternama seperti pasangan Laudya Cynthia Bella dan Chico Jerikho juga ikut bergabung dalam acara yang bekerjasama dengan Harian Seputar Indonesia (Sindo) ini.
“Dengan melibatkan beberapa putra dan putri terbaik Jawa Barat sekaligus memperkenalkan kearifan lokal Jawa Barat,” tutup Dede.



Salah satu adegan drama musikal Lutung Kasarung saat tampil di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/12) malam. Drama musikal  yang diangkat dari cerita rakyat Jawa Barat dan disutradarai Didi Petet tersebut berlangsung hingga 1 Januari 2012.






foto
Didi Petet. TEMPO/ Agung Pambudhy

Didi Petet Garap Drama Musikal Lutung Kasarung  


Aktor Didi Petet menggarap pertunjukan musikal Lutung Kasarung untuk menutup akhir tahun di Bandung. Pementasan selama dua jam itu melibatkan 120 pemain amatir. Pemainnya berasal dari para juara lomba Mojang dan Jajaka Bandung, model, serta penyanyi muda hasil seleksi.

Pementasan akan berlangsung mulai 27 Desember hingga 1 Januari 2012 di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Bandung. Pertunjukan digelar dua kali dalam sehari, siang dan malam. Aktris Laudya Cynthia Bella dan Chicco Jerikho juga akan tampil sebagai bintang tamu.

Menurut produser, Satria Yanuar Akbar, pertunjukan musikal itu seperti Laskar Pelangi atau Onrop! beberapa waktu lalu di Jakarta. Musik dan nyanyiannya dibawakan langsung saat pementasan. “Ada beberapa dialog pendek, tapi mayoritas berupa nyanyian,” katanya, Rabu, 14 Desember 2011.

Gerak dan tari itu akan disemarakkan permainan video mapping dan multimedia. “Ada kejutan lampu dan teknologi juga yang bikin pertunjukan bakal berbeda,” katanya. Walau mengambil latar cerita zaman baheula, kostum yang disiapkan Kania Roesli dan Deden Siswanto bergaya kontemporer.

Persiapan latihan pemain dan musisi dimulai sejak Mei lalu selama 4 kali dalam seminggu hingga hampir setiap hari menjelang pementasan. Bagian tersulitnya, kata Satria, menyamakan persepsi dan jiwa seluruh pendukung ke dalam lakon. “Terutama menyelaraskan nyanyian, musik, dan pola gerak,” ujar Direktur Operasional Saung Angklung Udjo itu.

Dipilihnya pemain amatir itu, ujar dia, menyesuaikan keinginan penggagas pertunjukan, Dede Yusuf. Mantan aktor laga yang kini menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat itu mau mengangkat potensi anak muda dan seniman di Jawa Barat. Sekaligus mengemasnya menjadi industri kesenian.

Ongkos produksi pertunjukan musikal ini, kata Satria, sekitar Rp 3 miliar. Biaya sebesar itu diperoleh dari para sponsor dan pemesanan tiket. “Sepeser pun enggak ada dari APBD,” ujarnya.

Sebelumnya cerita legenda Lutung Kasarung pernah diangkat menjadi film pertama yang diproduksi di Indonesia pada 1927. Film bisu itu disutradrai dua orang Belanda dengan aktor dan aktris pribumi. Kisah tentang perjalanan Sanghyang Guruminda yang dikutuk menjadi lutung dan diturunkan ke dunia dari negeri kahyangan. Wujudnya kembali sebagai pangeran tampan setelah bertemu Dewi Purbasari.

Drama Musikal





Definisi Drama Musikal

Drama musikal adalah satu bentuk ekspresi kesenian yang dikolaborasikan antara musik, laku, gerak dan tari, yang menggambarkan suatu cerita yang dikemas dengan tata koreografi dan musik yang menarik sehingga terbentuklah sebuah drama musik atau kadang di kenal dengan “musical play”
Faktor emosional dari drama – humor, cinta, amarah – dikomunikasikan lewat kata – kata, musik, gerakan, dan aspek teknis dari hiburan yang digabungkan secara keseluruhan.

Drama musikal sudah ditampilkan di seluruh dunia. Mereka bisa ditampilkan di teater yang seperti West End dan Broadway theatre di London dan New York, atau di teater yang lebih kecil seperti Fringe Theatre, Off-Broadway, produksi lokal, atau grup – grup amatir di sekolah, teater di seluruh penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia, terutama di Jakarta, drama musikal biasanya ditampilkan salah satunya adalah di Graha Bakti Budaya – Taman Ismail Marzuki.




















Didi Widiatmoko (lahir di Surabaya, Indonesia, 12 Juli 1956; umur 55 tahun) atau lebih dikenal sebagai Didi Petet adalah seorang pemeran Indonesia. Ia telah membintangi banyak film dan teater, memerankan berbagai tokoh mulai dari Emon dalam Catatan si Boy, Kabayan dalam Kabayan Saba Kota, sampai Suwito dalam Pasir Berbisik.

Ketika dunia sinetron merebak seiring dengan tumbuh maraknya stasiun televisi di tanah air, Didi pun terjun ke sana. Film iklan tak ketinggalan dirambahnya pula. Bahkan ia kemudian mendirikan sebuah production house. Di samping itu, ia aktif pula dalam sejumlah pementasan teater, seminar tentang seni peran dan tentu saja mengajar di IKJ.

Prestasi
* Aktor Pembantu Terbaik FFI 1988 (Cinta Anak Jaman)
* Aktor Pembantu Terpuji FFB 1988 (Catatan si Boy)
* Aktor Terpuji FFB 1989 (Gema Kampus 66)
* Aktor Terpuji FFB 1994 (Si Kabayan Cari Jodoh)
* Lifetime Achievement MIMA 2004