Senin, 27 Mei 2013

Berseru!


Impianku hanya untuk berseru. Dengan pelan pasti jemari ini menjatuhkan rintik tinta pena kepada selembar kertas putih diatas meja. Mengawali kata yang telah tersimpan untuk dikisahkan. Pada setiap bagian waktu yang kosong, selalu ada waktu untuk jemari dan pikir ini untuk bermain kata dalam coretan tinta walau hanya untuk sebuah bacaan ringan. Ya, inilah apa yang aku kerjakan. Inilah kesukaanku. Merangkai kata dan menuliskannya. Namun sayang, tidak semua orang mengertinya. Sekedar mengetahui pun tidak, apalagi untuk mengerti kemudian mereka dapat memahami ya? Tentu itu terlalu tinggi harapku. Kalian yang mengerti akan setiap kegiataan senggangku ini, terima kasih ku untuk kalian. Sangat membutuhkan seseorang untuk sekedar mengkritik atau pun memberi saran untuk tulisan ringanku. Apakah mimpiku hanya tetap untuk berseru? Seseorang pernah mengatakan hal ini kepada ku, “Fight for your dream, keep want it, and take it!”. Seakan mimpiku tergugah berdiri kembali oleh kata motivasi sederhana itu. Bukan orang keras kepala namanya, jika seseorang telah mengetahui dimana passion, keunggulan dan minat mereka masing-masing, dan mereka mempertahankannya. Mereka bersikeras untuk mendongkrak semangat diri mereka sendiri. Menahan semua hiruk pikuk ligkungan sekitar mereka yang mungkin justru membuat mereka kehilangan mimpi. Dan aku, aku akan tetap terus menulis.

Prosa


Aku sedih tapi harus tersenyum.
Aku sakit tapi aku harus kuat.
Aku menangis tapi aku harus tertawa.
Aku menjerit tapi aku harus berceloteh.
Aku mengeluh tapi aku harus bersyukur.
Saat ku pandang paras wajahnya,
betapa aku ingin menjadi baja sepertinya,
selalu berusaha menopang apa yang menimpa,
bersikap seolah tak ada pasak gelombang disetiap resahnya, oh ibu.


Cermin


Rinduku dengan yang disana.
Terpungkiri pun tidak, memang ini rasa.
Perih saat ku pandang cermin dan terlihatlah diri ini.
Terbaca semua salah buruk lalu.
Malu. Sedih. Perih.
Ku akui sungguh mengakui akan cermin diri.
Menyakiti hati seseorang yang tulus kasihnya.
Melukai. Menyayat. Dan akhirnya tertutup pintu hatinya untukku.
Sakit memang, pedih.
Inilah yang pantas aku dapat.
Kini … sakitku, pedihku, sepiku, pantas ku syukuri setiap waktu.
Dan disini aku yakin, lebih dari sekedar ice cream akan kau dapatkan.
Bukan lagi sosok aku yang telah menghitam pucat dan terbuang.

Tulisan


Lewat tulisan ini aku menyapa
Lewat tulisan ini aku bercerita
Lewat tulisan ini aku berangan
Lewat tulisan ini aku berharap
Lewat tulisan ini aku berdoa
Lewat tulisan ini aku tersenyum
Lewat tulisan ini aku bersedih
Lewat tulisan ini aku bersyukur
Lewat tulisan ini ku lantunkan asa

Hening Terpecah


Ditengah riuh suasana
Disini hanyalah diam
Mendengar mereka berlantun nada
Terdiam membalas senyum pandangan lusuh
Menunduk mengunci suara dengan hitungan jemari,
Tertetes air dari ujung mata
Ku usap dengan api oleh orang terkasih
Perekat pikir yang terpecah