Selasa, 27 November 2012

Berhadap dengan Rotasi


Tak sedikitpun terlintas
Tentang rasa penyembuh deru luka
Bagaimana super hero itu datang
Siapa malaikat suci itu
Tak pernah seberkaspun membekas dalam angan
Bak burung yang selalu mengerami sarangnya
Selalu diam menunggu awan biru berubah gelap dan sebaliknya
Melindungi dengan lembut kasihnya
Menjaga setiap keluh kesah sendu riang yang ia rasa
Seiring dengan adanya pelipur yang berkicau disarang baru
Seolah terjerat mengikuti alunan kicaunya
Leah mendayu mengikuti lantunan lembut itu
Disaat berada pada puncak rindang dedaunan menghijau
Tersandung terhenti oleh sarang yang dulu terjaga
Merintih menahan rindunya asa
Mengungkap jerat sergapan sarang
Kembali merajutnya menjadi keindahan abadi

Terselubung

Langit biru tersenyum berseri
Seakan impian turut menari diatas awan
Berlingkak lingkuk mengikuti geraknya
Mimpi akan sebuah impian
Impian yang pasti ku raih
Derap langkah yang tegas tanpa tergoyah
Pandangan tercerahkan oleh optimisme tinggi
Terdengar pekikan petir menyambar
Langit tersulap menjadi kelabu
Sedikit demi sedikit awan biru berubah pekat
Terpeleset jatuh bebas
Mimpi yang selalu ku agungkan
Oh impian yang optimis ku tuju
Pedih merintih seakan mendapati bunga tidurku
Namun tak bisa lagi ku hentikan
Mimpi tak selalu sejalan dengan ingin-Nya
Mencoba tetap melangkah walau kaki masih tertumpuk beban
Mensyukuri apa yang ku dapat
Menjadikannya semangat baru untukku bangkit menjadi hal baru

Menyapa Gelap

Ketika jam berhenti berdenting        
Diam terdiam mati membisu
Seperti itu pula yang teralami
Semua menjadi gelap menghitam
Seolah langkah terhenti oleh asa
Tak terasa air mata pun berlinang
Tertunduk lemah ku merenung
Sekelibat fatamorgana hadir
Menyapa dengan elok senyumnya
Diri ini merasa asing
Seakan berada dalam dunia baru
Melambai berayun layaknya tertiup angin
Ingin sesekali menjerit
Berucap pada fatamorgana
Dengarlah lirih untaian hati tak berucap
Angan akan sosok bayang fatamorgana yang menjadi nyata
Menyambung bongkahan kisah sampul putih
Berangan lepas terbang melayang
Berharap bintang menangkap pancaran sinar ini
Dan menebarkannya ke langit luas

Kamis, 15 November 2012

Seruan Dinding Kardus

Deru nian gemingan itu
Sontak terbangun dari ruang kecil ini
Ruang kecil yang melindungiku dari panas terik hingga rintik hujan
Walau hanya sebatas bongkahan kardus tak beraturan
Namun  mereka sangat berjasa bagiku
Ku buka pintu dengan lembut
Sorak sorai anak kecil berebut menendang bola ke arah gawang
Semakin kencang sorak sorai mereka
Bak mendapat hiburan baru mereka memandangku dengan penuh tawa
Ya, memang aku seperti ini
Ku tebalkan telinga dan hatiku
Memang begini adanya
Dengan satu tangan ,satu kaki, aku tetap bangga
Sering telinga ini merasakan lelahnya cacian
Memerah seakan memberontak keras
Ku balas dengan senyuman hangat kepada mereka yang menertawakanku
Berterima kasih kepada Tuhan atas apa yang aku miliki
Keterbatasan mengajariku tentang arti hidup yang sesungguhnya 

Pangeran Kodok


Semilir dinginnya udara senja ini
Seakan membuka sebuah ilusi lama yang telah tertutup kabut
Perlahan terusap oeh tetesan air dari langit
Pangeran kodok
Banyak lika liku disetiap alur langkahmu
Disaat terjatuh dan berada didasar  pedih
Loncatan kakimu tetap menari indah
Tetap berusaha menggapai bintang impian
Dengan perlahan tapi semua perjuangan itu menjanjikan suatu kepastian
Teruslah kau berloncat ria wahai pangeran kodokku
Berkobarlah selalu kobaran semangat itu