Pilihan Jurusan Kuliah – yang Tersepelekan
Singkat cerita. Hampir
semua orang terdekat saya secara tidak langsung mereka mendiamkan saya,
menjauhi saya, bahkan tak jarang mereka merendahkan saya. Anggapan mereka semua
masih sama, tiada celah terangnya masa depan di prodi jurusan yang saya pilih. Sastra
Indonesia.
Sering kali saya mendapat pertanyaan, Mengapa kamu memilih jurusan itu? Jawaban
saya, karena saya suka menulis dan saya rasa passion saya disitu. Kamu kan
SMA masuk program IPA, apa nggak
sayang? Ya memang saya program IPA namun
passion saya cenderung beralih dari
itu. Esok kamu akan menjadi apa jika kamu tetap mengambil prodi itu? Jawaban
saya, kita tak dapat menentukan jadi apa kita nanti, bukan? Tiada yang tau masa
depan kita akan seperti apa. Tapi saya punya cita-cita, dan saya pikir, selama
kita mau berusaha tiada kemungkinan untuk tidak dapat menjadi orang sukses. Dan
satu lagi, setiap orang meraih kesuksesan dalam bidangnya masing-masing, tidak
dapat kita bandingkan kesuksesan seseorang dan orang lainnya. Saya merasakan
juga disaat saya benar-benar merdebar takut membuka pengumuman SNMPTN dan
ternyata hasilnya. Ya, Allah SWT mengabulkan segala doa dan upaya saya dalam
memperkokoh passion. Subhanallah,
terima kasih untuk ini. Satu doa manis terkabulkan. Betapa senang dan bangganya
saya ketika itu. Cukup saya mengerti kondisi suasana lingkungan ketika mereka
mendengar kabar itu. Sontak air mata ini menetes perih. Tiada semangat yang
seharusnya mereka sampaikan untukku. Cukup diam dalam menyikapinya. Setiap
sujud sholat, saya selalu memohon kepada Allah, ridhohilah apa yang telah
engkau kabulkan ini, tunjukkan selalu kebesaran-Mu sebagai penopang disetiap
langkahku.
Dan mulai saat
ini saya mulai menata diri. Suatu hal yang tidak mudah bagi saya dalam situasi
seperti ini. Namun saya bukan lagi anak kecil, setiap pilihan pasti ada resiko.
Disetiap tangis pasti ada tawa. Saya anggap, ini sebagai awal hidup saya.
Selalu tertanam jiwa juang untuk dapat membuktikan kepada mereka yang
merendahkan saya. Perjuangan ini untuk kedua orangtua saya. Saya percaya, tiada
yang mustahil di dunia ini selagi kita berusaha dan berdoa, selanjutnya
serahkan semua kepada Allah.
Sungguh saya
seperti titik kecil yang terpinggirkan. Ya memang mereka tak secara langsung
seperti itu, tapi saya tau. Bukan lagi hal yang baru bagi saya menahan semua
rasa kesal dan haru ketika melihat dan mendengar sikap mereka. Kalau memang
semua sudah terjadi, alangkah baiknya menatap masa depan, bukan? Membantu
dengan doa, jika enggan bantulah dengan semangat. Itu yang saya butuhkan, bukan
dengan segala judge yang selalu saya dapat.
Lihatlah saya yang sekarang dan saya di kemudian hari. Silakan terus kalian
lontarkan asumsi penggunjing untuk ku. Kobaran semangat juang justru saya dapat
dari cemooh kalian. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar